Jakarta - Di era serba cepat seperti saat ini, pemerintah terus berupaya mengakselerasi kapasitas dan kemampuan SDM untuk bersiap menghadapi era disrupsi menuju Indonesia Emas 2045. Hal ini juga mendorong Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melalui Biro Hubungan Masyarakat dan Umum (BHU) gelar giat Agile Team Leadership Workshop pada Rabu (18/09) di Gedung LKPP. Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Umum Dwi Rahayu Eka Setyowati dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi ASN saat ini adalah perubahan yang sangat cepat, sehingga ASN harus sigap dalam memberikan pelayanan yang terbaik. “Apakah kita sudah melayani dengan baik, tidak hanya cepat namun juga solutif yang menjadikan hubungan lebih erat di LKPP bahkan skala besar,” kata Dwi. Menurutnya, untuk menjawab tantangan tersebut, pendekatan agile atau agility dalam meningkatkan kapasitas SDM menjadi penting. Sebab, SDM di lingkungan LKPP khususnya BHU harus memiliki bekal untuk menjadi pemimpin yang tangkas dengan memadukan kejelasan visi dalam praktiknya. Ia berharap dengan giat ini dapat mendorong fokus organisasi menjadi lebih baik dan mendorong akselerasi kemampuan SDM. “Nanti teman-teman akan mempelajari kepemimpinan agile, ke depannya sebagai seorang pemimpin agile bisa mempertajam fokus organisasi dalam lingkungan yang kompleks yang berubah dengan cepat. Sehingga daya tangkap organisasi selaras dengan cara kerja di BHU,” katanya. Sementara itu, Co-Founder & Mentor Agility Transformation Puti Retno Ali hadir sebagai narasumber menyampaikan di era Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA) saat ini agility dalam sebuah organisasi menjadi suatu hal yang penting. Pasalnya, hal tersebut dapat mendorong organisasi tidak hanya dapat bertahan, namun juga berkembang dan menciptakan dampak yang lebih besar. “Lalu hal yang perlu dilakukan mulai dari perubahan mindset yang mana agile mindset mulai dari doing beralih ke being agile,” kata Puti. Dalam paparannya, Puti menjelaskan bahwa terdapat 12 prinsip agile leadership,yakni, tindakan lebih bermakna daripada sekedar berbicara, meningkatkan kualitas untuk mencapai hasil yang lebih baik, meningkatkan organisasi dari umpan balik, makna dan tujuan agar pekerjaan terasa lebih baik, emosional adalah pondasi untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi, kepemimpinan ada di manapun sebuah organisasi, pimpinan mengembangkan kekuasaan dan otoritas yang sesuai, kolaborasi komunitas untuk pencapaian lebih dari individu, dan ide baik bisa datang dari mana saja dalam organisasi.